Sabtu, 25 Agustus 2012

SEMBILAN PRAKTEK DAN KEBIASAAN MANAJEMEN ISLAM DALAM SEJARAH ISLAM


PENDAHULUAN

Kepemimpinan dan manajemen adalah suatu kegiatan manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara efektif dan efisien. Bagaimanapun juga, seorang pemimpin harus dapat menyampaikan dan merealisasikan visi dan misinya kepada seluruh anggotanya. Melalui sejarah yang ada kita dapat mengetahui mana system yang tepat untuk di lakukan dalam kepemimpinan dan manajemen apa yang harus kita praktekan.

Prinsip kepemimpinan dalam islam didasari oleh empat landasan. Yang pertama adalah Al-qur’an, yang mana akan membimbing kita kepada kepatuhan kita terhadap agama, social, keilmuan, dan akan membimbing kita ketika memutuskan suatu perkara, itu semua adalah sebuah standar kualitas pemimpin muslim. Yang kedua adalah apa yang telah di contohkan oleh rasulullah saw yaitu seorang pemimpin besar sepanjang zaman dan menjadi panutan seluruh pemimpin dunia muslim khususnya. Yang ketiga adalah kebijaksanaan khulafaurrasyidin. Yang keempat adalah para pengikut-pengikut rasulullah atau tabi’ taa bi’iin.


Dengan melihat sejarah kita akan mengetahui mode-mdel kepemimpinan dari rasulullah saw, khulafa urrasyidin, dan para tabi’in serta tabi’ tabi’in sehingga mereka semua menjadi landasan yang patut dicontoh dalam suatu kepemimpinan agar tidak keluar dari jalur-jalur syariat yang telah ditetapkan oleh Al-qur’an dan rasulullah saw.

Dalam ajaran islam segala sesuatu harus dikerjakan secara rapi, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus dilakukan dengan baik, tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran islam, seperti yang telah di contohkan oleh rasulullah. Beliau bersabda:

“sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas).” (H.R Thabrani)

Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-cara mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah swt. Sebenarnya. Manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran islam.

Kepemimpinan dan manajemen merupakan adalah suatu seni dan keterampilan yang memanfaatkan sumber daya produktif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun, apa yang lebih relevan adalah suatu peran seseorang pemimpin sebagai orang yang memimpin dan orang yang mengelola untuk menerjemahkan visi, arah, dan rencana yang efektif. Melalui sejarah kita dapat mengetahui mengapa pemimpin dan manajemen tertentu dapat dikerjakan dan yang lain tidak karena tidak ada keraguan bahwa saat ini kita dihadapkan dengan masyarakat kita sekarang yang komplek. Dan juga munculnya realitas baru yang belum pernah ada di masyarakat masa lalu.

Prinsip-prinsip kepemimpinan islam mempunyai empat landasan utama. Yang pertama adalah Al-qur’an, yang berisi petunjuk spiritual, sosial, ekonomi, dan aspek politik kehidupan manusia, iman, perjuangan, keshalehan, amal, dan pengambilan keputusan, ini adalah kunci utama yang termasuk prinsip-prinsip kepemimpinan. Kedua adalah contoh-contoh yang ditunjukan oleh rasulullah saw sebagai seorang pemimpin terbesar sepanjang masa yang pernah hidup, perbuatan, perkataan, dan kualitas pribadi kepemimpinan yang memberikan pelajaran berharga bagi kita. Ketiga adalah khalifah yang bijaksana dan yang keempat adalah pengikut yang shaleh. Sejarah menganggap islam sangat dibutuhkan dalam suatu peradaban. Yang berpendapat bahwa kehidupan manusia pada saat ini tidak ada hubungannya dengan kehidupan masa lalu, oleh karena itu kita dapat mengabaikan suatu yang masih berlanjut dari masa lalu hingga sekarang adalah kesalahan. Transformasi islam yang ditanamkan dalam kepribadian muslim di masa lalu baik para penguasa, para pedagang, dan warga biasa sangatlah luar biasa, khususnya umat islam yang hidup dizaman kejayaan dan zaman keemasan islam.

Manajemen dan kepemimpinan adalah suatu peradaban manusia yang paling awal. Tentu saja sifat dan bentuk kepemimpinan serta sistem manajemen berbeda sepanjang sejarah seperti masyarakat yang telah berkembang dalam kompleksitas, realitas, dan tantangan baru yang telah muncul.

Kemampuan umat islam dan para pemimpin dimasa lalu dalam mengatur kerajaan islam yang terus berkembang hingga meliputi sepertiga dunia dan mampu bertahan dari tekanan terhadap tekanan internal maupun eksternal selama beberapa abad. Hal ini telah dibuktikan dengan kinerja yang luar biasa serta kepemimpinan dan sistem manajemen yang efektif. Salah satu faktor yang paling penting atas keberhasilam khilafah islamiyah pada zaman dahulu adalah dengan terorganisirnya khilafahan dan sistem manajemen dan kepemimpinan berdasarkan keadilan dan musyawarah.

PEMBAHASAN

A. SEJARAH SINGKAT MANAJEMEN ISLAM

Sebenarnya, sejak awal islam telah mendorong umatnya untuk mengorganisasi setiap pekerjaan dengan baik. Jadi, dalam ajaran islam, manajemen telah diterapkan sejak zaman rasulullah, bahkan sejak masa nabi-nabi terdahulu. Pembagian tugas-tugas telah mulai di bentuk. Walaupun rasulullah saw sendiri, tidak menyatakan bahwa hal ini adalah sebuah proses manajemen, namun aspek-aspek manajemen telah dilakukan misalnya, mengapa Umar bin Khatab tidak pernah dijadikan panglima perang karena ternyata memang beliau diarahkan menjadi seorang negarawan.

Analisis mengenai pengalaman muslim dimekah menunjukan bahwa kepemimpinan dan praktek manajemen islam sudah dalam tehap formatif, seperti rencana dan strategi yang di contohkan oleh rasulullah saw untuk mengatur dan menjamin kelangsungan hidup dan perjuangan di bawah tekanan kaum kafir Quraisy. Kemampuannya dalam memimpin dan mengelola suatu kelompok kecil dan dapat mengeluarkan mereka dari kota mekah walaupun dapat mengancam jiwa mereka yang akhirnya dapat membentuk suatu masyarakat yang besar dan hidup berdampingan dengan damai bersama orang-orang Yahudi dan Nashrani yang dikenal dengan masyarakat pluralistik.

Kepemimpinan dan manajemen Islam terus dipraktekan dimasa khalifah-khalifah terdahulu meskipun setelah khalifah Ali bin Abi Thalib bentuk kekhalifahan Islam berubah menjadi sistem kerajaan akan tetapi landasan utama para khalifah masih berdasarkan apa yang telah diwahyukan kepada rasulullah, sehingga umat islam dapat mencapaia masa kejayaan dan keemasan. Masa keemasan ini mulai kemunduran di akhir masa kekhalifahan bani Abbasiyah dan sampai pada terakhir masa kekhalifahan islam yaitu daulah usmaniyah yang dihancurkan oleh seorang Mustafa Kamal Attaruk.

B. PENGERTIAN MANAJEMEN ISLAM

Kata manajeman berasal dari bahasa inggris yaitu “manage” yang berarti mengatur, mengelola ( jhon echol, 2006). Sedangkan definisi manajemen adalah proses perencanaan , pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. ( T. Hani Handoko, 2009,hlm8).

Sedangkan pengertian dari manajemen islam adalah Suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan dan pengawasan terhadap pekerjaan pekerjaan yang berkenaan dengan unsur unsur pekah dalam suatu usaha yang bertujuan agar hasil hasil yang ditargetkan dengan cara yang efektif dan efisien (sesuai dengan syari’at islam).( Drs. H.Y.Suyoto Arief MSI,2007)

Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa pengertian manajemen islam itu adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan kepemimpinan, serta totalitas kehidupan yang berdasarkan syariat Islam.

Adapun pembahasan dalama manajemen syariah adalah yang pertama perilaku yang berkaitan dengan nilai-nilai keimanan dam ketauhidan. Jika setiap perilaku orang yang terlibat dalam suatu kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid maka diharapkan prilakunya akan terkendali dan tidak terjadiperilaku yang negatif karena menyadari adanya pengawasan dari Allah swt yang akan mencatat seriap amanl perbuatan yang baik maupun yang buruk.

Yang kedua hal kedua yang dibahas manajemen syariah adalah struktur organisasi hal ini menjelaskan bahwa dalam mengatur kehidupan dunia peranan manusia tidak akan sama. Kepintaran dan jabatan seseorang tidak akan sama. Sesungguhnya struktur itu merupakan sunatullah.

Yang ketiga yang dibahas dalam mamajemen syariah adalah sistem. Sistem syariah yang disusun harus menjadikan perilaku-perilakunya berjalan dengan baik. Keberhasilan sistem ini dapat dilihat pada saat Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah. Sistem pemerintahn Umar bin Abdul Aziz dapat dijadikan salah satu contoh sistem yang baik. Telah ada sistem penggajian yang rapi.(Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, 2003)

C. SEMBILAN PRAKTEK KEMIMPINAN MUSLIM YANG EFEKTIF

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang sembilan praktek kepemimpinan muslim kita akan membahas terlebih dahulu apa itu kepemimpinan yang efektif.
Apalah artinya sebuah manajemen dalam sebuah organisasi jika tidak menjadiakan organisasi itu efisien dan efektif dalam melaksanakan tugasnya. Jika pemimpin telah memberikan delegasi kepada bawahannya untuk melaksanakan sebuah tugas tetapi bawahan itu melapor setiap waktu, hal ini menandakan tidaj berjalannya manajemen karena salah satu fungsi adalah memberikan delegasi dan wewenang kepada bawahan.

Tipe seorang pemimpin turut menentukan efisiensi dan efektifitas sebuah organisasi. Pemimpin yang baik akan mampu mendelegasikan tugas dan wewenang kepada bawahannya, sehingga seorang bawahan mampu melaksanakan tugas dengan efektif dan kreatif tanpa harus selalu melapor kepada atasannya.

Ada sembilan praktek manajemen dan kepemimpinan yang efektif telah dipraktekkan oleh khalifah-khalifah pada awal perkembangan islam, khusunya Umar bin Khattab dan Ali bin Ali bin Abi Thalib, dalam memimpin dan mengelola kekhalifahan secara efektif dan efisien pada saat itu. Model kepimpinan pada masa awal perkembangan islam sangatlah patut ditiru oleh pemimpin-pemimpin pada saat ini. Mereka menunjukan bentuk kepemimpinan yang memadukan pengetahuan yang dalam, iman kepada Allah swt, serta berlandaskan syariah yang telah tertulis di Al-qur’an dan kekuasaan politik untuk kepentingan umum.

1. Taat Terhadap Syariah Agama dan Berijitihad

Tidak ada keraguan lagi bahwa alasan utama bagi kesuksesan umat islam adalah kepatuhan terhadap Allah SWT serta ketaatan kepada Al-Quran dan Hadits Nabi. Pemahaman terhadap konsep syariah islam dan metode pendekatan agama menjadi acuan para penguasa dan para ahli hukum. Gaya kepemimpinan dalam islam merupakan perluasan dari prinsip-perinsip dan kebijakan yang berdasarkan Al-Quran dan Hadits seperti yang telah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam masa pemerintahannya di Madinah.

Setelah meninggalnya nabi Muhammad SAW, yang menjadi sumber utama hukum islam adalah Al-Quran dan Hadits. namun dalam membangun sebuah Negara islam yang mengacu pada kepantingan publik banyak situasi baru yang terjadi di mana hukumnya tidak dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadits, maka diperlukan penggunaan ijtihad yang berdasarkan pada Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber hukum agama islam dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan umat dan kemaslahatan kehidupan sosial mereka agar tidak keluar dari jalur-jalur syariat.

Jalan lain untuk berijtihad yang tidak bertentangan dengan hukum islam telah dijelaskan dalam sebuah hadist nabi saw:

a. Berijtihadlah kamu sekalian apa yang belum tertulis dalam Al-qur’an

b. Raulullah saw telah berkata kepada Ibnu Mas’ud” apa yang akan kamu lakukan jika dihadapkan kepada suatu permasalahan” Ibnu Mas’ud berkata” aku akan menetapkannya dengan Al-qur’an” rasulullah berkata” apa bila tidak kamu temukan di Al-qur’an” Ibnu Mas’ud berkata “Aku akan menetapkannya dengan sunnah rasulullah saw” rasulullah berkata “ seandainya tidak kamu temukan dalam Al-qur’an dan hadist” Ibnu Mas’ud berkata “ saya akan berijtihad”.

Contoh diatas menunjukan suatu kebijakan baru dalam rangka untuk mengelola dan memimpin suatu organisasi dan untuk mencapai tujuan bersama, dan menjadi suatu fakta dalam sejarah. Seperti yang telah diamati oleh Mahmassani, para khalifah tidak segan-segan untuk mengubah aturan-aturan yang ada dalam syariah jika diperlu.kan untuk kepentingan umum yang lebih efektif.

2. Mampu menyampaikan visi, misi dan nilai

Salah satu hal yang terpenting oleh seorang pemimpin dalam suatu organisasi adalah memberikan arah tujuan yang jelas kepada bawahannya tentang organisasi tersebut. Tanpa visi, misi dan tujuan yang jelas maka tidak akan dapat membentuk suatu tim, bekerjasama bersama anggota lainnya serta saling menutupi setiap kekurangan masing-masing anggota. Serta akan banyak permasalahan yang timbul yang kadang-kadang sulit untuk dipecahkan.

Setelah visi, misi dan tujuan bersama telah terntanam dalam setiap diri anggota maka aka nada kerjasama dan saling menutipi setiap kekurangan masing-masing setiap anggota yang akan mewujudkan visi, misi, dan tujuan tersebut.

Oleh karena itu, para pemimpin muslim di masa lalu dapat memastikan visi, misi, dan tujuan mereka kepada bawahannya, sehingga para bawahannya dapat memahami benar-benar visi, misi, dan tujuan utama mereka.

Mereka memberi intruksi kepada para perwira khusus mereka dan penugasan kerja secara lisan ataupun tertulis untuk rujukan dimasa mendatang. Surat khalifah Ali bin Abi Thalib yang dikirimkan kepada gubernur Mesir yang baru diangkat adalah salah satu contoh. Surat tersebut berisi tentang tugas-tugas gubernur yang mencakup beberapa bidang, seperti moralitas pribadi, perlakuan terhadap bawahan dan pengamanan serta kerejahteraan mereka, criteria dalam memilih penasehat, pengangkatan hakim, administrasi tanah, memelih orang-orang terbaik, prinsip-prinsip yang mengatur perdagangan dan pemberantasan kemiskinan, kualitas kepemimpinan, dan perjanjian damai dengan nonmuslim.

Contoh diatas menggambarkan bahwasanya khalifah Ali bin Abi Thalib ingin menjelaskan kepada gubernur mesir yang baru tentang visi, misi dan tujuannya untuk mewujudkan kekhalifahan islam.

3. pembentukan karakter

Kekhalifahan islam terbentuk berdasarkan kaidah dan asas pemikian yang berasal dari nilai dan norma-norma islam. Setiap muslim berkewajiban untuk mengaplikasikan nilai tersebut dalam prilaku keseharianya, cermin dari perilaku tersebut bias dilihat dari syiar pelaksanaan ibadah shalat yang ditunaikan tepat pada waktunya secara berjamaah.

Shalat berjamaah merupakan cerminan syiar ibadah. Dan ia memiliki dimensi spiritual dan social terkait dengan perilaku seseorang. Shalat akan membersihkan jiwa dan meningkatkan hubungan seorang hamba dengan tuhan-Nya, jiwanya akan bersih dan tunduk terhadap Allah swt. Efek social yang ditimbulkan, manusia akan memiliki pandangan bahwa manusia memilki kedudukan yang sama dihadapan Allah, dan tidak bias dibedakan dengan status social. Hanya ketakwaan dan kebijakan yang membedakannya. Selain itu, dengan shalat akan membuatnya bersikap tawadu’ dan menjauhkan diri dari kesombongan.

Salah satu pelajaran yang sangat penting yang dapat kita ambil dari pada awal perkembangan muslim bahwasanya mereka benar-benar sadar bahwa keberhasilan mereka bukan semata-mata deri mereka sendiri akan tetapi berkat pertolongan Allah swt semata.

Mereka berkomitmen bahwa tugas-tugas yang mereka kerjakan tidak hanya untuk para pemimpin mereka akan tetapi untuk Allah yang telah menciptakan mereka. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa setiap organisasi harus membangun karakter para anggotanya untuk keberhasilan tujuan mereka.

Setiap perubahan harus datang dari diri setiap individu masing-masing tanpa adanya niat setiap individu untuk melekukan perubahan maka perubahan itu tidak akan pernah terjadi. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-qur’an:

“ Allah tidak akan merubah kondisi suatu kaum sampai kaun itu merubahnya sendiri”(ar-ra’d: 11)

Setiap organisasi membutuhkan seorang pekerja atau manajer yang memiliki suatu karakter yang bagus dan integritas moral yang tinggi untuk dapat membawa suatu organisasi ketujuan yang diinginkan. Itulah salah satu alas an mengapa para pemimpin islam dimasa lalu selalu mengingatkan kepada para prajurit muslim untuk selalu taat dan tunduk kepada Allah swt agar selalu menahan hawa nafsunya.

Mereka selalu diingatkan untuk menahan diri dari perbuatan yan gtidak dibenarkan dalam ajaran agama dan selalu mengambil suatu keputusan dengan adil dalam situasi apapun. Dalam kenyataannya, para pemimpin adalah sebagai suri tauladan bagi segenap bawahannya.

Khulafaur Rasyidin merupakan penerus rasulullah, dan mereka berpegang teguh pada nilai-nilai yang dijalankan rasul dari sifat rendah diri, konsistensi dan berakhlak mulia. Dalam kehidupan, walaupun mereka sebagai pemimpin, tidak pernah berpisah dan membedakan diri dari rakyatnya, baik dari segi pakaian, makanan maupun kendaraan. Jika dating disuatu majlis, mereka akan datang bersama rakyatnya sampai majelis itu selesai.

Dengan pelatihan dan pendidikan spiritual, mental, dan fisik yang termasuk kepemimpinan, keterampilan, etos kerja yang baik, motivasi, spiritual dan program pengembangan diri baik pada tingkat teoritis dan praktis, sebuah organisasi membutuhkan sumber daya manusia. Melalui penegakan “pahala dan hukuman” kita dapat bertahap membentuk suatu individu yang dapat menjadi asset organisasi yang berani dan kuat secara moral untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

4. Menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat

Seorang pemimpin harus mampu memberikan tugas kepada bawahan sesuai dangan keahlian masing-masing atau mampu menempatkan orang pada tempat yang benar. Manajer harus mampu menempatkan seseorang pada bidangnya masing, jangan sampai salah menempatkan staf. Apabila itu terjadi maka pekerjaan yang ada tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien, mungkin bisa tati akan membutuhkan waktu yang lama untuk melatih mereka. Akan tetapi, apabila pekerjaan itu diberikan kepada orang yang tepat, maka ia akan melihat pekerjaan itu bukan semata-mata kewajiban tetapi sebuah kenikmatan, dan apabila seseorang ditugaskan pada suatu pekerjaan sedangkan mereka tidak senang maka ia akan melakukannya semata-mata hanya kewajiban, tetapi tidak menikmatinya.


Berdasarkan praktek-praktek administrasi islam pada masa awal perkembangan, para pemimpin pada saat itu sangatlah memperhatikan penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat, mereka khawatir adanya seorang pengkhianat akan masuk kedalam pemerintahan.

Dalam pemilihan pejabat sipil meraka dipilih berdasarkan dua faktor. Yang pertama jujur dan dapat dipercaya, yang kedua mempunyai pamor yang baik yaitu tidak dalam suatu urusan kepidanaan tertentu. Apa yang membuat seorang pemimpin teladan lebih unggul yaitu mereka konsisten memilih para pejabat atas dua faktor tersebut meskipun menuai kebencian dari orang yang tidak suka akan hal itu.

Suatu sikap yang ditunjukan oleh khalifah Umar ketika pada sahabat meminta Ibnu Umar untuk dijadikan sebagai pejabat. Ibnu Umar di pandang mampu

Sebuah tim yang kuat akan tercipta apabila anggota tim itu ditempatkan pada tempat yang benar sesuai dengan keahlian dan potensi serta komitmen mereka. Tanpa itu semua tidak akan terjalin suatu kerja sama yang baik atau hubungan yang serasi dalam kelompok, yang akan menurunkan semangat kerja yang akhirnya akan menurunkan ptoduktivitas dan kualitas.

5. Permanen dan Dinamis

Ini pun adalah suatu fakta yang ada bahwasanya para khalifah pada masa awal perkembangan Islam, mereka selalu melakukan perbaikan dan inovasi dalam system manajemen yang mereka perkenalkan adalah sebuah proses yang telah berlangsung lama. Meskipun berbagai penyesuaian dan perubahan terus terjadi karena berkembangnya mesyarakat madinah yang kompleks. Para pemimpin muslim pada saat ini harus benar-benar menyadari kebutuhan yang sangat diperlukan untuk menjaga identitas dan budaya muslim.

Sejarah telah membuktikan bahwa kepemimpinan pada awal perkembangan islam sangatlah dinamis dan inovatif. Misalnya, khalifah Umar bin Khatab memperkenalkan sebuah struktur administrasiyang jelas dan tujuan yang jelas, yang memungkinkan adanya suatu perubahan sesuai dengan ide baru yang muncul serta pengalaman-pengalaman yang ada. Dia memperkenalkan pendekatan desentralisasi dengan administrasi Negara, reformasi di sector pertanian, system politik, system militer, dan system pendidikan.

Para pemimpin, manajer dan bawahan harus memiliki suatu kepribadian yang seimbang, yaitu seorang manajer yang baik, seorang pemimpin yang baik, pekerja yang baik, bawahan yang baik. Dengan seperti itu maka akan terciptalah suatu organisasi yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan.

6. Menciptakan hubungan maniusiawi. (public relation)

Public relation tidak mungkin dapat dikembangkan kecuali dalam masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban. Sebuah masyarakat yang mengakui mengakui nilai-nilai dan kemulian manusia, mereka saling memiliki hak dan kewajiban antara satu dan lainnya. Nilai-nilai ini telah sempurna pada awal perkembangan umat islam yang dibawa olrh Al-qur’an dengan rasulullah dan sahabat khulafa urrasyidin sebagai prmimpin masyrakat (Ahmad Ibrahim Abu Sinn, 2008,hlmn 162). Allah berfirman: “dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka dari daratan dan lautan(maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan baik dilautan maupun dilautan untuk memproler kehidupan), kami beri mereka rizki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (Al-Isra’; 70).

Meskipun adanya suatu ketegasan dalam pemerintahan islam pada masa awal perkembangannya akan tetapi ada hubungan kemanusian yang tejalin sangat bagus antara khalifah dan para bawahannya. Para pemimpin pada saar itu memasrikan adanya hubungan kemanusian yang layak secara pribadi yang disampaikan melalui petugas administrasi dan berbagai mekanisme pemeriksaan dilakukan untuk memastikan tidak adanya pelanggaran social. System administrasi dibuat agar segala urusan menjadi terbuka, agar kejujuran dan kestabilitasan tetap terjaga dengan baik, itu adalah model kepemimpinan dan system manajemen yang terbuka.

Salah satu kunci keberhasilan mereka dalam pemerintahannya yaitu setiap orang sadar akan ajaran agama yang menuntut agar selalu berbuat adil pada setiap orang bahkan kepada non muslim sekalipun. Non muslim yang duduk dipemerintahan merasa nyaman bersama-sama para pemimpin muslim karena mereka menyadadari akan adanya mekanisme dalam pemerintahan. Di Negara-negara bagian, mereka menjamin kesejahteraannya dan melindungi hak-hak mereka.

Yang kedua dari kunci kesuksean mereka adalah, para pemimpin benar-benar memahami apa yang bawahannya butuhkan, yaitu mereka bukan hanya kepuasan spiritualnya saja yang mereka butuhkan akan tetapi tuntunan materi juga. Dengan demikian mereka memperkenalkan sisitem gaji kepada para petugas administrasi, agar system administrasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dengan pemberian gaji dapat memotifasi dan memberikan kepuasan kepada para pegawai yang bersangkutan.

Di awal perkembanga islam, penentuan upah yang dipberikan kepada para pekerja muslim berdasarkan beban kebutuhan yang ditanggunnnya. Tentera yang telah berkeluarga mendapatkan dua bagian, sedangkan yang masih lajang mendapatkna satu bagian dari harta fa’I (Ahmad Ibrahim Abu siin, 2008)

Hendaklah upah ataupun gaji yang diberikan haruslah tepat pada waktunya jangan sampai mengundur pemberian itu apa bila telah datang waktunya. Rasulullah saw bersabda,” berikanlah upah itu kepada seorang pekerja sebelum kering keringatnya.”

Ali bin Abi Thalib memberikan intruksi khusus tentang pentingnya hubungan kemanusian dalam kepemimpinan, dia pernah menulis:” berbuat baiklah dengan penuh kasih sayang terhadap para pegawai kamui sekalian, Allah benar-benar memparhatikan orang yang baik didalam keluarga mu, para pegawaimu dan orang-orang yang berhubungan denganmu.”

Sistem manajemen yang telah dipraktekan pada masa awal perkembangan islam sanratlah menekankan betapa pentingnya mengelola dan mengurus kebutuhan para pegawai. Para pemimpin harus memiliki pendekatan pribadi demi untuk mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan para bawahaan kepadanya.

7. Mengambil keputusan dengan bermusyawarah dan pemberian kewenangan.

Proses pengambilan keputusan dengan bermusyawarah dan pemberian kewenangan adalah salah satu pelajaran penting yang dapat di ambil pada masa awal perkembangan islam, yang berlaku pada saar itu adala kekhalifahan islam yang demokratis yaitu denga bermusyawarah dalam setiap memecahkan suatu permasalahan dan pengambilan kebijakan. Pengambilan keputusan bukan atas otoritas pemimpin yang memberikan keputusan dengan berdasagkan hawa nafsu dan keinginan mereka. Sebagian besar keputusan di putuskan setelah bermusyawarah dan berkansultasi dengan para ahli dan berpengalaman dibidangnya pada saat itu.

Selain dari pada itu para pemimpin terdahulu menjadikan Al-qu’an dan As-sunnah sebagai pedoman dan dorongan, dalam memimpin kekhalifahandan pengambilan keputusan. Islam sangatlah menekankan akan adanya musyawarah dan konsultasi sebelun, menetapkan suatu keputusan tertentu. Sebagaimana yang telah tercantum dengan jelas di dalam Al-qur’an, para pemimpin telah diperintahkan untuk bermusyawarah dan berkonsultasi dengan para bawahannya. Hal ini digambarkan dalam Al-qur’an yaitu “syuro”. Firman Allah swt:” Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (urusan peperangan dan urusan duniawi)”. ( Al-Imran: 159)

Dalam menjalankan pemerintahannya, Rasulullah saw selalu berpegang teguh pada konsep syuro, dan meminta pendapat sahabat yang memiliki keahlian dan pengalaman untuk menyelesaikan suatu permasalahan baik dalam budang politik, ekonomi, peperangan ataupun manajemen pemerintahan. Sering kali menggunakan pendapat para sahabatnya sebagai pijakan untuk mendapatkan suatu keputusan.

Sahabat khulafaur rasyidin pun menjalankan kosep syura dengan apa yang telah dicontohkan oloeh Rasulullah saw. Ketika Abu Bakas r.a menjabat sebagai khalifah, beliau selalu bermusyawarah dengan ahli ilmu dan fiqh. Beliau memanggil sahabat-shabat dari Muhajirin dan Anshar, beliau memanggil Umar, Utsman, Ali, Mua’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit. Semua sahabat ini memberikan fatwa kepada masyarakat tentang kekhalifahan Abu Bakar r.a.

Konsep syura yang ditekankan Allah dalam mengatur persoalan hidup kaum muslimin, bukan berarti memberikan wewenang (kekuasaan) mutlak ditangan khlifah dan pemimpin. Sebagai konsepsi adanya konsep syura, wewenang terkait dengan keputusan bersama akan didelegasikan kepada para pembantu dan pegawai khalifah. Khalifah mendelegasikan wewenang kepada para gubernurnya untuk mengatur wilayah yang dikuasinya, sebagaimana khalifah juga mendelegasikan wewenang kepada para pembantunya di sentral pemerintahan. (Ahmad Ibrahim Abu siin, 2008, hlmn 98)

Wewenang dapat dibandingkan dengan system syaraf dalam tubuh manusia. Tanpa otak dan syaraf, tubuh manusia tidak dapat berfungsi. Tanpa suatu system wewenang, suatu organisasi pun tidak dapat berfungsi. Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.(T. Hani Handoko,2009, hlmn 212)

Pada masa awal perkembangan islam telah dipraktekan “pertisipatif manajemen” yaitu keterlibatan dari bawahan agae tercipta situasi yang stabil dalam suatu organisasi. Untuk mewujudkan tim yang kuat maka para anggota tim harus merasa bahwasanya mereka adalah anggota dari tim itu, ini akan terjadi apabila suatu keputusan yang ada melibatkan mereka.

8. Pengawasan

Pengawasan dalam manajemen adalah pengawasan pemerintah kepada para pegawai-pegawainya yang dibawah naungannya. Pengawasan ini telah dijalankan semenjak periode rasulullah, beliau selalu mengawasi kinerja para pegawai dan mendengarkan informasi tentang sepak terjang mereka dalam menjalankan pemerintah. Rasulullah melengserkan Ala’ bin al-Hadhrami, gubernur Bahrain, dari jabatannya berdasarkan dari laporan dan pengaduan Abdul Qais, dan menggantikannya dengan Aban bin Said, dan berkata kepadanya: ”Mintalah nasihat kepada Abu Qais tentang kebaikan dan kemuliaan”. Rasulullah senantiasa melakukan pengawasan dan audit terhadap kinerja pegawainya. Terlebih jabatan yang terkait dengan keuangan Negara. Rasul selalu mengaudit pendapatan dan pengeluaran keuangan Negara dari para petugas zakat. . (Ahmad Ibrahim Abu siin, 2008, hlmn 181)

Pengawasan dalam pandangan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak.(Abdul Mannan, 2000, hlmn 152)

Pengawasan (control) dalam ajaran islam (hukum syariah). Paling tidak terbagi dua hal, yang pertama control yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah swt. Yang kedua pengawasan akan lebih efektif jika pengwasan itu dilakukan diluar diri sendiri.

Walupun para pemimpin dan bawahan dipilih berdasarkan kejujuran dan kemampuan dalam suatu bidang tertentu, tidak menutup kemungkinan melakukan kekhilafan dan kesalahan karena kelemahan dan kekhilfan tersebut tidak dapat dihindari oleh manusia.

9. Adil, toleran, dan mudah beradaptasi

Keadministrasian pada awal masa perkembangan islam tidak terpisahkan dengan keadilan dan toleransi kepada siapapun dan dalam keadaan apa pun baik itu muslim maupun non muslim.

Pada masa itu keadilan dan toleransi sangatlah diutamakan untuk menjaga ketentraman masyarakt. Masyarakat bebas untuk melaksakan keyakinannya tanpa adah tekanan dari para penguasa.

Para pemimpin pada saar itu selalu bersama masyarakatnya dan tidak pernah merasa bahwasanya mereka lebih mulia dari masyarakatnya, karena mereka menyadari benar bahwasanya kemulian seseorang itu tidak dilihat dari jabatannya, kekayaannya, posisinya. Akan tetapi kemulian itu dinilai dari ibadah dan keimanan mereka kepada Allah swt.

PENUTUP

Sikap-sikap para yang telah ditunjukan oleh para pemimpin terdahulu hendaklah menjadi teladan bagi para pemimpin saat ini, dan kita sebagai pemuda generasi penerus bangsa harus bisa mengambil pelajaran dari pada mereka agar dapat menjadi pemimpin yang amanah dan menempatkan kepentingan umat diatas segala kepentingan.

Terlebih lagi seorang rasulullah saw penutup dari para nabi dialah landasan utama kita dalam suatu ketemimpinan setelah Al-qur’an. Beliaulah pemimpin yang paling sukses dan terbesar sepanjang sejarah hdup manusia yang dapat mengeluarkan manusia dari zaman kebodahan hingga menjadi manusia yang beradab.

REFERENSI

Abu siin, Ahmad Ibrahim. 2008.Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer.Jakarta. Raja grafindo Persada, 2008.

Hafifudin Didin dan Tanjung Hendri, 2003. Manajemen Syariah dalam praktik, Jakarta, Gema Insani.

Handoko T. Hani. 2009. Manajemen cetakan ke duapuluh, Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta.

bin Syed Agil Syed Omar. Jasin Djasriza. Pa`wan Fatimah. Nine Islamic management practices and habit in Islamic history; lesson for Manager and leader. UNITAR E-JOURNAL Vol. 3, No. 2 June 2007.

9 komentar: