Manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan idarah. Idarah diambil dari perkataan adartasy-syai’a atau perkataan adarta bihi juga dapat didasarkan pada kata ad-dauran. Pengamat bahasa menilai pengambilan kata yang kedua-yaitu: ‘adarta bihi - lebih tepat, dalam Modern Dictionary English Arabic kata Management sepadan dengan kata tadbir, idarah, siyasah dan qiyadah dalam bahasa Arab. Dalam Al-Qur’an dari terma-terma tersebut, hanya ditemui terma tadbir dalam berbagai derevasinya. Tadbir adalah dalam bentuk masdar dari kata kerja dabbara, yudabbiru, tadbiran. Tadbir berarti penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan dan persiapan.
Secara istilah, sebagian pengamat mengartikan sebagai alat untuk merealisasikan tujuan umum.Oleh karena itu mereka mengatakan idarah(manajemen) itu adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal,perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsure-unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang efiktif dan efisien.
Adapun bentuk-bentuk ungkapan konsep manajemen di dalam Al-Qur’an
yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Pertama, berbentuk Mudhari’ ‘yudarribu’yang terungkap sebanyak 41 kali tersebar dalam berbagai tempat, diantaranya:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan”
Dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[689] dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah." Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu
Kedua, bebentuk Af’alul khamsah ‘yatadabbarun’ yang diungkapkan dalam Al-ur’an sebanyak dua dua kali’ diantaranya:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?
Ketiga, berbentuk jamak mudzakkar ‘yudabbar’ yang disebut dalam Al-Qur’an denganfrekuensi 2 kali, diantaranya:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
Keempat, berbentuk Isim fa’il al-mudabbirat yang disebut dalam Al-qur’an hanya sekali,yakni sebagai berikut: “dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)”
Berangkat dari uraian-uraian di atas, secara implicit dapat diketahui, bahwa hakekat manajemenyang terkandung dalam Al-AQur’an adalah merenungkan atau memandang ke depan suatu urusan (persoalan), agar persoalan itu terpuji dan baik akibatnya. Untuk menuju hakekat tersebut, diperlukan adanya pengaturan dengan cara yang bijaksana.
Hakekat manajemen yang terkandung dalam Al-Qur’an ini, dengan demikian erat kaitannya dengan pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan menejerial itu sendiri. Karena pada dasarnya terbangunnya konsep manajemen disandarkan kepada tiga dasar pemikiran tersebut (pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajemen).
Oleh: Drs. Y. Suyoto Arief, M.Si
Tidak ada komentar:
Posting Komentar