Instrumen
penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responder sebagai
sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei. Intrumen penelitian ilmu
sosial umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman pertanyaan. Semua jenis
instrument penelitian berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu
permasalahan yang menjadi tema pokok penelitian. Pembuatan intrumen penelitian
merupakan satu mata rantai dalam kegiatan penelitian setelah peneliti
merumuskan secara jelas dan tegas permasalahan dan tujuan penelitian. Dari
intrumen penelitian akan diperoleh rangkaian jawaban responden yang akan
menjadi data untuk diolah, di tabulasi, dianalisis statistik, analisis
teoretis, uji hipotesis dan akhirnya diperoleh kesimpulan dari penelitian itu. Rangkaian
pertanyaan dalam kuesioner, angket dan pedoman pertanyaan bertujuan untuk
menggali data secara akurat dan valid sesuai permasalahan dalam penelitian.
Jenis-jenis Instrumen Penelitian
Ada
beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu:
1.
Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran,
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Macam-macam
Instrumen tes:
- Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk
mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept,
kreativitas, disiplin, kemampuan khusus,dll.
- Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
atau mengetahui bakat seseorang.
- Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk
mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur
intelegensinya.
- Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk
mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
- Tes minat yaitu alat untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu.
- Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
2.
Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu
hal-hal yang ia ketahui.
Kuesioner dipandang dari bentuknya maka ada 4:
a) Kuesioner
pilihan ganda adalah kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih
satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda
silang (x) atau tanda check list (Ö). Check list atau daftar cek adalah suatu
daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang diamati.
Contoh:
Cara memberikan tanda silang (x)
1.
Apakah saudara termasuk dosen yang aktif menulis?
a)
Ya
b) Tidak
Jika
ya, sudah berapa buku yang saudara tulis dan terbitkan per tahun?
a)
2-5 buku
c) 11-15 buku
b)
6-10 buku d) 16-20 buku
b) Kuesioner isian adalah angket
yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian
sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
Contoh.
1.
Bagaimanakah pendapat tentang dibentuknya Dewan Sekolah……?
2.
Apakah saudara pernah mengikuti Diklatpim Tingkat 3? Jika pernah, bagaimana
komentar saudara?
c) Check list
yaitu responden tinggal membubuhkan tanda check(√)
d) Rating-scale yaitu
sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat setuju.
Keuntungan kuesioner :
a) Tidak
memerlukan hadirnya peneliti.
b) Dapat dibagikan
secara serentak kepada banyak responden.
c) Dapat dijawab
oleh responden menurut waktu senggang responden.
Kelemahan kuesioner :
a) Sering kali sukar dicari validitasnya
b) Walaupun dibuat
anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak
betul atau tidak jujur.
c) Waktu pengembaliannya
tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga
terlambat.
3.
Interviu (interview).
Interview yang sering disebut juga
dengan wawancara atau kuesioer lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan
oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data.
Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,
misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4.
Observasi.
Di dalam pengertian psikologik,
observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi,
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba, dan pengecap. Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan
langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakuka dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
Observasi dapat di bagi menjadi 2
jenis yaitu:
a)
Observasi
non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
b)
Observasi
sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman ebagai
instrumen pengamatan.
Sedangkan observasi dilakukan dengan
2 cara yaitu:
a.
Sign system
digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret
sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya
guru menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru
bertanya kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab,
murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya 5 menit, semua kejadian yang telah muncul di cek.
Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya
di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa kejadian
yang muncul dalam situasi pengajaran.
b.
Category
system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel misalnya
pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi murid dalam proes
belajar-mengajar. Dalam hal ini pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian
yang masuk ke dalam kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya : murid
bertanya, murid berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.
5.
Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat
berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi
cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini
dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam
orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di
dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan
variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6.
Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku,majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, dan sebagainya.
Metode
dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :
a)
Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya.
b) Check-list, yaitu daftar variabel yang akan
dikumpulkan datanya.dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally
setiap pemunculan gejala yang dimaksud
Langkah-langkah menyusun Instrumen
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam
langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu:
1.
Mengidentifikasikan
variabel-variabel yang diteliti.
2.
Menjabarkan
variabel menjadi dimensi-dimensi
3.
Mencari
indikator dari setiap dimensi.
4.
Mendeskripsikan
kisi-kisi instrumen
5.
Merumuskan
item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6.
Petunjuk
pengisian instrumen.
Syarat
instrumen;
1. Sahih/valid
Kesahihan instrumen adalah tingkat
kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesutau yang menjadi sasaran
pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen itu. Artinya, suatu instrumen
dipandang sahih jika ia dapat mengukur apa saja yang hendak diukur, dapat
mengungkap apa yang hendak diungkap, dapat menembak tepat sasaran yang akan tembak.
2.
Andal/reliable
Keterandalan instrumen, yakni
kemantapan, keajegan, atau stabilitas hasil amatan. Artinya, suatu amatan dalam
keadaan tak berubah dalam kurun waktu antara pengamatan pertama, pengamatan kedua, atau pengamatan selanjutnya. Dua cara untuk uji keterandalan:
repeated measures, dan one shot.
3.
Adil/objective
Pastikan hasil
riset adalah hasil terbaik yang dapat dipercaya, dapat diandalkan, teliti,
cermat dan akurat sesuai dengan tujuan penelitian atau riset.
4.
Berdaya pembeda/discriminating power
Memiliki hasil
baru yang berbeda dengan lainnya namun tetap objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5.
Menyeluruh/comprehensive
Hasil penelitian
atau riset dapat menjawab pertanyaan masalah yang dihadapi dan dapat menjadi
bahan informasi acuan untuk pihak-pihak yang membutuhkannya.
6.
Mudah dan murah untuk dilaksanakan
Gunakan dana
pelaksanaan riset atau penelitian dengan penuh tanggung jawab. Sesuaikan dana
yang telah dianggarkan dengan kondisi di lapangan, dan jangan sampai melewati
batas yang telah ditentukan. Dari sisi waktu dan tenaga juga sebaiknya
digunakan seefisien mungkin.
7.
Tepat waktu
Usahakan
penelitian dapat rampung sesuai dengan jadwal perencanaan waktu yang telah
dibuat, yaitu tidak kelamaan dan tidak kecepetan.
Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1.
Pengujian
Validitas konstruk
Instrumen
yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur
efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas
kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur
efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
2.
Pengujian
Validitas Isi
Instrumen
yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan
tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi,
maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka
instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
3.
Pengujian
Validitas Eksternal
Validitas
eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi
di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka
kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di
lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan
antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan
instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.
Realiabilitas instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut
Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara
eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan
teknik-teknik tertentu.
1.
Test
retest
Instrumen
penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen
yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien
korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien
korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan
reliabel.
2.
Ekuivalen
Instrumen
yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya
sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan
tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian
dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda,
pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan
antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya.
Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3.
Gabungan
Pengujian
dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke
responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability)
dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua
instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya
dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang
berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan
bahwa instrumen itu reliabel.
4.
Internal
Consistency
Pengujian
reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan
teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan
Anova Hoyt.
Referensi
Suyanto, Bagong dn Sutinah. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta;
Prenamedia Group.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian
Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada
Press.
Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar