Minggu, 13 Januari 2013

Kekeliruan Dalam Berpikir



Berikut ini adalah teori mengenai berbagai kekeliruan dalam berpikir yang sering terjadi dalam keseharian kita. Dipaparkan di awal mengenai teori-teori dari berbagai jenis kesalahan dalam berpikir yang dikemukanan oleh seorang penulis buku Logika karya Rajawali Press, yaitu Drs.Mundiri. Dan kemudian di akhir diikuti dengan sebuah contoh yang berasal dari suatu sumber.

Berpikir adalah aktivitas yang dilakukan oleh seluruh manusia. Suatu aktivitas yang berhubungan erat dengan kerja akal. Akal manusialah yang menjadi salah satu alat menyerap pengetahuan, menemukan dan membedakan mana yang benar atau keliru.

Dalam logika dikenal istilah strategems atau fallacies; yakni kesalahan argumentasi karena kerancuan menggunakan bahasa atau kekeliruan berpikir. Bila logika mengajarkan kepada kita tehknik berpikir kritis, strategems adalah teknik berpikir tidak kritis.

Mundiri membagi jenis-jenis kekeliruan itu ke dalam 3 kelompok besar ;
kekeliruan formal yang berhubungan dengan bentuk dari premis-premis dalam silogisme, kekeliruan informal yang berhubungan dengan aspek materi dari suatu kesimpulan logis, dan kekeliruan penggunaan bahasa yang berhubungan dengan pelak-pelik ungkapan dan tata bahasa yang kemudian menyebabkan kesalahan penafsiran. Ketiga kelompok besar ini, memerlukan uraian tersendiri untuk dapat kita ketahui bagian-bagiannya.

A. Kekeliruan Formal

1. Fallacy of Four Terms (Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term)
Kekeliruan berfikir karena menggunakan empat term dalam silogisme. Ini terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya tiga term, seperti :
Orang yang berpenyakit menular harus diasingkan. Orang berpenyakit panu adalah membuat penularan penyakit, jadi
harus diasingkan.

2. fallacy of Unditributed Middle (Kekeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup)
Kekeliruan berfikir karena tidak satu pun dari kedua term penengah mencakup, seperti :
Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali, karena itu tentulah ia banyak belajar.

3. Fallacy of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar)
Kekeliruan berfikir karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapo dalam konklusi mencakup, seperti :
Kura-kura adalah binatang melata. Ular bukan kura-kura, karena itu ia bukan binatang melata.

4. Fallacy of Two Negative Premises (Kekeliruan Karena Menyimpulkan daru Dua Premis yang Negatif)
Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negative. Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi.
Tidak satu pun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.

5. Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat)
Kekeliruan berfikir dalam silogisme hipoteka karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula akibatnya, seperti :
Bila pecah perang harga barang-barang baik. Sekarang harga naik, jadi perang telah pecah.

6. Fallacy of Denying Antecedent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab)
Kekeliruan berfikir dalah silogisme hipoteka karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana, seperti :
Bila datang elang maka ayam berlarian, sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak berlarian.

7. Fallacy of Disjunction (Kekeliruan dalam Bentuk Disyungtif)
Kekeliruan berfikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternative pertama, kemudian membenarkan alternative lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternative pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternative yang lain, seperti :
Dia lari ke Jakarta atau ke Bandung. Ternyata tidak di Bandung, berarti dia ada di Jakarta. (Dia bisa tidak di Bandung maupun di Jakarta).

8. Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)
Kekeliruan berfikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya, seperti :
Anggarang Dasar organisasi kita sudah sempurna, kita perlu melengkapi beberapa fasal agar komplit.

B. Kekeliruan Informal

1. Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang Terburu-buru)
Kekeliruan berfikir karena tergesa-gesa membuat generalisasi, yaitu mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehinggga kesimpulan yang ditarik melampau batas lingkungannya, seperti :
Dia orang Islam mengapa membunuh. Kalau begitu orang Islam memang jahat.

2. Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga)
Kekeliruan berfikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan, seperti :
Seorang pegawai datang ke kantor dengan luka goresan di pipinya. Seseorang menyatakan bahwa istrinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan karena diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis hubungannya dengan istrinya, padahal sebenarnya karean goresan besi pagar

3. Fallacy of Begging the Question (Kekeliruan Kerna Mengundang Permasalahan)
Kekeliruan berfikir karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya, seperti :
Surat kabar X merupaka sumber informasi yang reliable, karena beritanya tidak pernah basi. (Di sini orang hendak membuktikan bahwa surat kabar X memang merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya berdasarkan pemberitaannya yang up to date, tanpa dibuktikan pemberitaannya memang dapat diuji kebenarannya).

4. Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar)
Kekeliruan berfikir karena menarik konklusi dari satu premis kemudian konklusi tersebut dijadikan premis sedangkan premis semula dijadikan konklusi pada argumen berikutnya, seperti ;
Ekonomi Negara X tidak baik karena banyak pegawai yang korupsi. Mengapa banyak pegawai yang korupsi? Jawabnya karena ekonomi Negara kurang baik.

5. Fallacy of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar)
Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpuulan melompat dari dasar semula, seperti
Ia kelak menjadi mahaguru yang cerdas, sebab orang tuanya kaya.

6. Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarakan pada Otoritas)
Kekeliruan berfikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut, seperti:
Bangunan ini sungguh kokoh, sebab dokter Haris mengatakan demikian. (Dokter Haris adalah ahli kesehatan, bukan insinyur bangunan).

7. Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)
Kekeliruan berfikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat/argumen seseorang dengan menyatakan:
Kau masih juga membantah pendapatku. Kau baru satu tahun duduk dibangku perguruan tinggi, aku sudah lima tahun.

8. Fallacy of Abusing (Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi)
Kekeliruan berfikir karena menolak argumen yang dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya, seperti:
Dia adalah seseorang yang brutal, jangan dengarkan pendapatnya.

9. Fallacy of Ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tahu)
Kekeliruan berfikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya, dengna sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar, seperti :
Kalau kau tidak bisa membuktikan bahwa hantu itu ada maka teranglah pendapatku benar, bahwa hantu itu tidak ada.

10. Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet)
Kekeliruan berfikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak, seperti :
Jam berapa kau pulang semalam? (Yang ditanya sebenarnya tidak pergi. Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya semalam pergi).

11. Fallacy of Oversimplification (Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana)
Kekeliruan berfikir karena berargumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup bukti, seperti :
Kendaraan buatan Honda adalah terbaik, karena paling bnyak peminatnya.

12. Fallacy of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat)
Kekeliruan berfikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya, seperti :
Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin. Daging yang dibeli kemarin adalag daging mentah. Jadi hari ini kita makan daging mentah.

13. Fallacy if Irrelevent Argument (Kekeliruan Karena Argumen yang TIdak Relevan)
Kekeliruan berfikir karena mengajukan argument yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan, seperti :
Pisau silet itu berbahaya daripada peluru, karena tangan kita seringkali teriris oleh pisau silet dan tidak pernah oleh peluru.

14. Fallacy of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Mengambil Analogi)
Kekeliruan berfikir karena menganalogikan dua permasalahan yang kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar, seperti :
Saya heran mengapa banyak orang takut menggunakan kapal terbang dalam bepergian karena banyak orang tewas kerana kecelakaan kapal terbang. Kalau begitu sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur, karena hampir semua orang menemui ajalnya di tempat tidur.

15. Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan)
Kekeliruan berfikir karena menggunakan uarain yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan. Uraian itu sendiri tidak salah tetapi menggunakan uraian-uraian yang menarik belas kasihan agar kesimpulan menjadi lain. Padahal masalahnya berhubungan dengan fakta, bukan dengan perasan inilah letak kekeliruannya.

C. Kekeliruan Karena Penggunaan Bahasa

1. Fallacy of Compotition (Kekeliruan Karena Komposisi)
Kekeliruan berfikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhannya, seperti :
Setiap kapal perang telah siap, maka keseluruhan angkatan laut Negara itu sudah siap tempur.

2. Fallacy of Division (Kekeliruan dalam Pembagian
Kekeliruan berfikir karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya, seperti :
Kompleks ini dibangun di atas tanah yang luas, tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas.

3. Fallacy of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)
Kekeliruan berfikir karena kekeliruan memberikan tekanan dalam pengucapan, seperti :
Ibu, ayah pergi (yang hendak dimaksud adalah ibu dan ayah pembicara sedang pergi. Seharusnya tidak ada penekanan pada ibu, sebab maknanya menjadi pemberitahuan pada ibu bahwa ayah baru saja pergi).

4. Fallacy of Amphiboly (Kekeliruan Karena Amfiboli)
Kekeliruan berfikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-beda, seperti dalam contoh klasik berikut :
Seorang anak muda datang kepda seorang peramal apakah judi yang pertama kali ia ikuti nanti malam akan menang atau kalah, ia mendapat jawaban; Anda akan mendapat pengalaman bagus. Atas jawaban ini ia sangat puas dan menyimpulkan ia akan menang dalam perjudian. Ternyata ia kalah. Waktu ia kembali ke tempat tukang ramal dan menanyakan kenapa ramalannya meleset, tukang ramal itu menjawab ; Saya benar, sebab dengan kekalahan itu anda mendapat pengalaman yang bagus, bahwa judi itu membawa penderitaan.

5. Fallacy of Equivocation (Kekeliruan Karena Menggunakan Kata dalam Beberapa Arti)
Kekeliruan berfikir karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu, seperti :
Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil. (Kecil dalam ‘gajah kecil’ berbeda pengertiannya dengan kecil dalam ‘binatang kecil’).

Kesimpulan

Strategems atau fallacies; yakni kesalahan argumentasi karena kerancuan menggunakan bahasa atau kekeliruan berpikir.

A. Kekeliruan Formal
1. Fallacy of Four Terms (Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term)
2. fallacy of Unditributed Middle (Kekeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup)
3. Fallacy of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar)
4. Fallacy of Two Negative Premises (Kekeliruan Karena Menyimpulkan daru Dua Premis yang Negatif)
5. Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat)
6. Fallacy of Denying Antecedent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab)
7. Fallacy of Disjunction (Kekeliruan dalam Bentuk Disyungtif)
8. Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)

B. Kekeliruan informal
1. Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang Terburu-buru)
2. Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga)
3. Fallacy of Begging the Question (Kekeliruan Kerna Mengundang Permasalahan)
4. Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar
5. Fallacy of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar)
6. Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarakan pada Otoritas)
7. Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)
8. Fallacy of Abusing (Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi)
9. Fallacy of Ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tahu)
10. Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet)
11. Fallacy of Oversimplification (Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana)
12. Fallacy of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat)
13. Fallacy if Irrelevent Argument (Kekeliruan Karena Argumen yang TIdak Relevan)
14. Fallacy of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Mengambil Analogi)
15. Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan)

C. Kekeliruan Karena Penggunaan Bahasa
1. Fallacy of Compotition (Kekeliruan Karena Komposisi)
2. Fallacy of Division (Kekeliruan dalam Pembagian
3. Fallacy of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)
4. Fallacy of Amphiboly (Kekeliruan Karena Amfiboli)
5. Fallacy of Equivocation (Kekeliruan Karena Menggunakan Kata dalam Beberapa Arti)

Berikut contoh kesalahan dari sebuah sumber:
www.areabola.com/judi-bola-sbobet-arsenal-cukur-newcastle-7-3.php

. . . . . . . . . .


Arsenal Cukur Newcastle 7-3
December 30, 2012

– Arsenal tampil dengan performa bagus saat mengilas Newcastle United dengan skor
7-3 di Emirates stadium. Hujan gol tersebut menutup partai terakhir tahun ini.Kendati
The Magpies sempat merepotkan tuan rumah dengan gol-gol balasannya ke gawang Arsenal, dan
hal itu juga sempat membuat pelatih Arsene wenger panik.

Memasuki babak pertama, kedua tim bermain alot hingga menit ke 15. Peluang pertama justru didapat
kubu Newcastle pada menit ke 16 melalui Papiss Cisse. Yang berawal dari sepak pojok yang dimanfaatkan
oleh Cisse dengan menanduk bola diantara kawalan bek-bek Arsenal, namun sundulannya masih melambung
diatas gawang kiper tuan rumah.Peluang tuan rumah sendiri datang pada menit ke 20, dari sebuah Through-pass
yang kemudian disusul Theo walccot yang berlari kencang dan kemudian melepaskan tendangan ke sudut kiri gawang.

Dan kiper Krul tak mampu menghalaunya. Alhasil,gol pun terjadi. Skor 1-0 Arsenal memimpin.
Dimenit ke 43,Newcastle menyamakan kedudukan melalui striker Demba Ba. Berawal dari situasi tendangan bebas dekat
garis kotak penalti Arsenal,laju bola yang membentur kepala Jack Wilshere mengubah arah bola dan kiper
Szczesny pun tak berkutik.Dan gol tersebut sebagai gol bunuh diri Wilshere. Skor pun imbang 1-1. Hingga menjelang babak
pertama usai,tidak ada lagi peluang berbahaya yang tercipta.

Memasuki paruh kedua, Arsenal langsung tancap gas dengan menunjukkan permainan cepat. Tepatnya pada
menit ke 47, peluang emas pun tercipta melalui Kieran Gibbs.Namun sayang bola masih dapat diamankan kiper Krul.Pendukung tuan rumah
pun bersorak pada menit ke 51,dimana Chamberlain sukses mencetak gol yang berawal dari umpan Santi Carzola dan mampu
mengkonversikannya dengan baik. Skor pun berubah 2-1 untuk keungggulan Arsenal. Namun keunggulan tuan
rumah hanya bertahan 8 menit, Newcastle kembali menyamakan kedudukan melalui Marveaux yang berdiri bebas
di depan gawang,lalu dengan mudah menceploskan bola hasil umpan dari Gabriel Obertan. Skor 2-2
sementara.Tak berselang lama,The Gunners kembali menggetarkan jala lawan melalui Lukas Podolski yang
berawal dari situasi kemelut bola di depan gawang, Podolski yang berdiri mampu menanduk bola ke gawang yang
kosong.Arsenal kembali unggul 3-2.

Pada menit ke 69, Demba Ba berhasil mencetak gol untuk menyamakan kedudukan.Ba mendapat umpan silang
Marveaux yang seketika sepakannya berhasil melewati sela-sela kaki kiper Szczesny. Skor kembali imbang 3-
3.Lagi,Publik tuan rumah kembali bersorak usai gol Walcott pada menit ke 73, setelah penyelesaiannya yang
sukses di kotak penalti gagal ditahan kiper Krul. Papan skor berubah 4-3 untuk Arsenal. Olivier giroud yang masuk
sebagai pemain pengganti pun berhasil menjebol gawang lawan dua kali pada menit ke 85 dan 87,yang keduanya
hasil umpan dari Theo Walcott. Memasuki injury time babak kedua,tepatnya pada menit ke 90+2 Walcottt berhasil
menorehkan Hattrick yang sekaligus menutup laga dengan skor 7-3. Dengan kemenangan ini, The Gunners
(http://areabola.com/sbobet.php)berhasil merangsek naik ke posisi 5 dengan nilai 33 poin.Arsenal memiliki nilai
yang sama dengan Everton dan West Bromwich Albion, tapi unggul dalam jumlah selisih gol.

. . . . . . . . . .


Penyusun makalah menyaksikan jalannya pertandinagan ini

Kekeliruan Dalam Artikel ini:

1. Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)
Kekeliruan berfikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya, yaitu :
Arsenal cukur Newcastle 7-3, Arsenal tampil dengan performa bagus saat menggilas Newcastle dengan skor 7-3.

2. Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat)
Kekeliruan berfikir dalam silogisme hipoteka karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula akibatnya, yaitu :
Kendati The Magpies sempat merepotkan tuan rumah dengan gol-gol balasannya ke gawang Arsenal, dan hal itu juga sempat membuat pelatih Arsene Wenger panik. (Belum tentu pelatih Arsene Wenger panik karena gol-gol balasan itu)

3. Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)
Kekeliruan berfikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat/argumen seseorang, yaitu:
Peluang pertama justru didapat kubu Newcastle pada menit ke-16 melalui Papis Cisse. (Kata ‘‘justru” menekankan bahwa tuan rumahlah yang seharusnya menciptakan peluang terlebih dahulu)

4. Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)
Kekeliruan berfikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya, yaitu:
Laju bola yang membentur kepala Jack Wilshere mengubah arah bola dan kiper Szczesny pun tak berkutik. Dan gol tersebut sebagai gol bunuh diri Wilshere. (Bola lah yang membentur kepalanya, bukan kepalanya yang sengaja membentur bola)

5. Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang Terburu-buru)
Kekeliruan berfikir karena tergesa-gesa membuat generalisasi, yaitu mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehinggga kesimpulan yang ditarik melampau batas lingkungannya, yaitu:
Hingga menjelang babak pertama usai, tidak ada lagi peluang berbahaya yang tercipta. (Sebelum pertandinagan benar-benar usai, bisa jadi masih ada peluang yang tercipta lagi)

6. Fallacy of Amphiboly (Kekeliruan Karena Amfiboli)
Kekeliruan berfikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-beda, yaitu :
Publik tuan rumah kembali bersorak usai gol Walcott pada menit ke-73, setelah penyelesaiannya yang  sukses di kotak penalti gagal ditahan kiper krul. (Bisa sukses mencetak gol atau gagal mecetak gol)

7. Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarakan pada Otoritas)
Kekeliruan berfikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan  atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut, yaitu:
Memasuki injury time babak kedua, tepatnya pada menit ke-90+2 Walcott berhasil menorehkan hattrick yang sekaligus menutup laga dengan skor 7-3. (Seharusnya menggunakan kata gol, bukan hattrick. Hattrick itu hanya sebagai sebutan untuk 3 gol)

8. Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarakan pada Otoritas)
Kekeliruan berfikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut, yaitu:
Memasuki injury time babak kedua, tepatnya pada menit ke-90+2 Walcott berhasil menorehkan hattrick yang sekaligus menutup laga dengan skor 7-3. (Walcott tidak memiliki otoritas untuk menutup laga, tetapi wasit lah yang mempunyai otoritas tersebut)

1 komentar: