I. PENDAHULUAN
Puja dan puji syukur tidak lupa penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala kemudahan, rahmat, dan karunianya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan studi agama dan perubahan sosial ini dengan baik. Karena tanpa pertolongan-Nya semua ini tidak akan dapat terselesaikan dengan mudah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya.
Saat ini pesantren merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia, bahkan pesantren sudah menjadi salah satu lembaga pendidikan yang terpercaya bagi para orang tua yang ingin anaknya belajar dengan baik dan terjaga. Di pesantren para santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi diajarkan juga ilmu umum.
Hidup mandiri dan keorganisasian merupakan bekal mereka nanti di kehidupannya dalam bermasyarakat. Pergaulan bebas dan tindakan-tindakan yang bersifat negatif di sekitar kita sering menjadi alasan bagi orang tua untuk memilih sekolah yang tepat dan menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren. Dengan demikian para orang tua dapat menyekolahkan anaknya dengan tenang tanpa mengkhawatirkan pergaulan dan permainan anaknya di luar rumah.
Santri merupakan cika bakal ulama, dimanapun dia belajar, di pondok apapun dia belajar. Ketulusan, keikhlasan, kesederhanaan, dan kesungguhan adalah modal yang mereka bawa. Mendidik adalah memberikan sentuhan-sentuhan pada santri. Sentuhan tersebut ada sentuhan lahir dan sentuhan batin dengan sistem penugasan, pengajaran, pengarahan, penyadaran, dan bermacam-macam pendekatan, baik pendekatan manusiawi, dan pendekatan ideal. Maka tidak heran jika banyak tokoh-tokoh besar, para ulama, akademisi, praktisi dan tokoh-tokoh besar lainnya di Indonesia yang dulunya adalah santri yang pernah menerima pendidikan dari berbagai pondok pesantren yang ada di indonesia.
Penting bagi kita untuk mengetahui tujuan dari studi agama dan perubahan sosial ini, karena pada kenyataannya saat ini agama selalu menjadi rujukan dalam segala hal bahkan dalam penerapan di kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari persoalan sosial yang berkaitan dengan agama dan persoalan agama itu sendiri. Dengan tuntutan yang semakin besar inilah maka peran agama sangat dituntut untuk mengatasi berbagai persoalan saat ini. Maka dari itu dibutuhkan seorang tokoh dan lembaga yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan dan persoalan yang ada di masyarakat. Dengan tujuan agar terciptanya masyarakat madani yang merupakan cita-cita Negara Indonesia. Dalam studi ini penulis akan memaparkan salah satu peran salah satu pondok pesantren terbesar di Indonesia yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Semoga studi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang yang membacanya dan bias memberikan gambaran yang baik tentang peran pondok pesantren dalam perubahan social yang terjadi di indonesia. Amin.
II. METODOLOGI
Dalam studi agama dan perubahan sosial ini penulis tidak melakukan observasi langsung ke lingkungan Pondok Modern Darussalam Gontor, dikarenakan penulis juga pernah merasakan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor selama tujuh tahun lamanya. Melainkan melalui studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku yang berkaitan dengan pondok pesantren khususnya yang berkaitan tentang Pondok Modern Darussalam Gontor ponorogo dan juga bersumber dari situs resmi Pondok Modern Gontor tersebut. Dan juga menanyakannya langsung kepada narasumber dan para alumni terdekat yang juga pernah menerima pendidikan bertahun-tahun di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
Pada tahap awal penulis mencari sumber melalui buku-buku yang berkaitan dengan kehidupan di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yang memiliki peran dan fungsi dalam kehidupan dan perubahan sosial di masyarakat sekitarnya bahkan sampai seluruh masyarakat di Indonesia, kemudian penulis menambahkannya dengan sumber yang berasal dari situs resmi Pondok modern Gontor Ponorogo tersebut. Kemudian penulis melengkapinya dengan berbagai pengalamannya selama belajar di Pondok Modern Gontor Ponorogo. Dan terakhir penulis mengkonfirmasi tulisannya dengan narasumber terdekat untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran dari tulisan yang ditulis dari berbagai sumber.
III. ANALISIS
Perjalanan panjang Pondok Modern Darussalam Gontor bermula pada abad ke-18. Pondok Tegalsari sebagai cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Bashari. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di pondok ini. Saat pondok tersebut dipimpin oleh Kyai Khalifah, terdapat seorang santri yang sangat menonjol dalam berbagai bidang. Namanya Sulaiman Jamaluddin, putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja, Sultan Kasepuhan Cirebon. Ia sangat dekat dengan Kyainya dan Kyai pun sayang padanya. Maka setelah santri Sultan Jamaluddin dirasa telah memperoleh ilmu yang cukup, ia dinikahkan dengan putri Kyai dan diberi kepercayaan untuk mendirikan pesantren sendiri di desa Gontor.
Gontor adalah sebuah tempat yang terletak lebih kurang 3 km sebelah timur Tegalsari dan 11 km ke arah tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu, Gontor masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang. Bahkan hutan ini dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat, penyamun bahkan pemabuk.
Dengan bekal awal 40 santri, Pondok Gontor yang didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus berkembang dengan pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putera beliau yang bernama Kyai Anom Besari. Ketika Kyai Anom Besari wafat, Pondok diteruskan oleh generasi ketiga dari pendiri Gontor Lama dengan pimpinan Kyai Santoso Anom Besari.
Setelah perjalanan panjang tersebut, tibalah masa bagi generasi keempat. Tiga dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari menuntut ilmu ke berbagai lembaga pendidikan dan pesantren, dan kemudian kembali ke Gontor untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pondok Gontor. Mereka adalah;
1. KH. Ahmad Sahal (1901-1977)
2. KH. Zainuddin Fanani (1908-1967)
3. KH. Imam Zarkasyi (1910-1985)
Mereka memperbaharui sistem pendidikan di Gontor dan mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 20 September 1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345, dalam peringatan Maulid Nabi. Pada saat itu, jenjang pendidikan dasar dimulai dengan nama Tarbiyatul Athfal. Kemudian, pada 19 Desember 1936 yang bertepatan dengan 5 Syawwal 1355, didirikanlah Kulliyatu-l-Muallimin al-Islamiyah, yang program pendidikannya diselenggarakan selama enam tahun, setingkat dengan jenjang pendidikan menengah.
Dalam perjalanannya, sebuah perguruan tinggi bernama Perguruan Tinggi Darussalam (PTD) didirikan pada 17 November 1963 yang bertepatan dengan 1 Rajab 1383. Nama PTD ini kemudian berganti menjadi Institut Pendidikan Darussalam (IPD), yang selanjutnya berganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID). Saat ini ISID memiliki tiga Fakultas: Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Bahasa Arab, FakultasUshuluddin dengan jurusan Perbandingan Agama, dan Akidah dan Filsafat, dan Fakultas Syariah dengan jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum, dan jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Islam. Sejak tahun 1996 ISID telah memiliki kampus sendiri di Demangan, Siman, Ponorogo.
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo saat ini dipimpin oleh:
1. KH. Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi
2. KH. Hasan Abdullah Sahal
3. KH. Syamsul Hadi Abdan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar