Minggu, 26 Agustus 2012

Ketika Televisi Bertasbih (Kritik terhadap program lawakan di televisi)


Di desa – desa, di kota, di Surau- Surau, di Masjid – Masjid, pasar tradisional, Mal, Sekolah –Sekolah, Intansi pemerintahan, Pria - Wanita, Tua - Muda, menyambut dan memeriahkan kedatangan bulan Ramadhan bak raja yang datang ditengah tengah rakyat.

Terbungkusnya rambut indah kasir swalayan dengan kerudung,naik daunnya cendol dan cincau,pesantren kilat,kuliah Shubuh,buka bersama,spanduk berisi ucapan selamat beribadah Puasa yang menghiasi rayanya jalan,jamaah Masjid yang membludak merupakan beberapa trend Ramadhan di bumi pertiwi.

Tak hanya itu, seakan tak mau ketinggalan Televisi yang kerap dituduh sebagai biang jeleknya moral anak – anak, kursus gratis bagi penjahat,penjaja pornography dan sebagainya ini pun tiba- tiba terlihat berkalung surban, bertasbih pula.

Sayangnya surban yang dikalungkan dan tasbihnya televisi lebih terlihat sebagai kamuflase, melihat di dalam Ramadhan ada acara yang digadang sebagai acara khusus Ramadhan tetapi malah merusak ibadah Puasa itu sendiri.

Sebut saja acara lawak yang menghiasi layar kaca ketika sahur dan menjelang berbuka seperti yang ada di tiga tahun yang lalu.Entahlah sekarang ada atau tidak, namun menurut penuturan beberapa sumber acara seperti ini masih eksis sampai sekarang.

Televisi seakan akan memaksa para penonton untuk memulai puasa dan mengakhirinya dengan maksiat. Seakan tidak peduli dengan sakralnya Ramadhan.Entahlah apakah ketidaktahuan yang ada di benak mereka yang di balik layar akan kerusakan yang ditimbulkan acara ini atau memang modal lebih penting daripada moral?

Berbicara soal kerusakan acara acara ini tentunya kerusakan tersebut dilhat dari sisi keislaman. Mengingat acara acara ini bertemakan acara islami dan dalam sejarah kehidupan manusia tidaklah sesuatu disebut Islami kecuali memenuhi dua syarat :yang pertama Sesuai dengan petunjuk Allah yang langsung lewat kalamnya(Al-quran) dan yang kedua Sesuai dengan petunjuk Allah yang tidak langsung atau melalui perantara kalam Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (sunnah).

Melihat dua syarat diatas acara –acara kocak tersebut nampaknya belum memenuhi syarat bahkan bisa dikategorikan sebagai acara tidak Islami. Bukan tanpa alasan, banyak hal hal yang bertentangan dengan syariat.

Mengandung Kebohongan

Acara tersebut mengandung cerita cerita bohong di dalamnya,padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memeringatkan :

"Celakalah bagi seseorang yang bercerita dengan suatu cerita, agar orang lain tertawa maka ia berdusta, maka kecelakaan baginya, kecelakaan baginya"(HR.Abu Dawud)

Dan juga sabdanya :

"Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar, dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun ia bercanda, serta rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus". [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (4800). Lihat Ash-Shohihah (494)]

Terlebih dalam bulan Ramadhan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mewanti wanti hal ini sebagaimana sabdanya :

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

Islam tidak melarang bercanda namun bercanda hendaknya tidak keluar dari rel yang ada, Rasulullah sebagai teladan ummat pernah sesekali bercanda namun canda beliau tidaklah berangkat dari sebuah kebohongan.

Menampilkan Pendidikan yang tidak baik bagi Anak-anak

Tak hanya hal- hal diatas, acara –acara tersebut juga mengandung pendidikan yang tidak baik bagi anak- anak seperti melecehkan orang lain, menjahili dan sebagainya. Sebagaimana yang telah maklum anak – anak merupakan peniru yang baik.

Dan bahayanya bisa jadi para komedian termasuk orang – orang yang dibicarakan di hadist ini :

"barang siapa menunjukkan kepada jalan kejelekan, maka dia akan mendapat dosanya dan dosa orang yang melakukannya, tanpa dikurangi sedikitpun” (HR.Muslim)

Karena yang mereka contohkan ini bukan perkara yang main main, seperti merendahkan oran lain, ini adalah perbuatan yang tercela , tegas Rasulullah :

"Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain". [HR.Muslim]

begitu pula dengan menjahili, sifat jahil bukanlah sifat seorang muslim sejati, sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”(HR.Bukhari)

Dan tentu doa selalu tercurahkan untuk pribadi,kawan – kawan muslim yang masih terlena menjajakan gelak tawa di atas pentas, dan untuk seluruh kaum muslimin agar terhindar dari menjadi teladan yang buruk.

Aurat Wanita dan ikhtilat

Kerusakan yang lain dari acara ini adalah ditampakan aurat wanita.Rambut,leher,lengan dan berbagai bagaian tubuh wanita merupakan aurat kecuali wajah dan telapak tangan.

Menyoal Aurat Allah telah memerintahkan Hambanya untuk menahan pandangan,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nur: 30 – 31)

Itulah sekelumit hal-hal dalam acara tersebut yang dapat mengotori puasa,mudah mudahan di tahun tahun mendatang televisi lebih cerdas dalam menayangkan acara ,begitu pula kita sebagai pemirsa, cerdas dalam memilih tontonan.

Dan tetaplah optimis untuk menggapai Rahmatnya karena "Rahmat Allah mengalahkan adzabnya" (muttafaq 'alaih) dan juga " wattabi' as-syaiata hasanata tamhuha" iringilah kejahatan dengan kebaikan, nescaya ia akan menghapuskan kejahatan tersebut"(HR.Tirmidzi)

Wallahu ta'ala a'lam.

Oleh Rizqo Ibrahim di Forum Komunikasi Ushuluddin ISID Gontor (FOKUS ISID)
Ds Sambirejo,Mantingan,Ngawi(Jawa Timur), 12 agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar